Bupati Pangandaran Sampaikan Strategi Pinjaman untuk Atasi Defisit Keuangan
Jeje menyatakan bahwa terdapat dua pola untuk mengatasi defisit tersebut. Pola pertama adalah mengambil apa adanya dan melakukan pinjaman ke pihak ketiga atau bank. Namun, pilihan yang diambil adalah pola kedua yang bertujuan untuk mempertahankan pertumbuhan, pemerataan, dan melanjutkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
Bupati juga mengakui adanya penurunan transfer daerah yang berdampak pada kemampuan daerah. Hal ini menyebabkan kerugian dalam penerimaan keuangan daerah sebesar Rp 12 sampai Rp 13 miliar, yang semula mencapai Rp 55 miliar.
Jeje menjelaskan bahwa portofolio merupakan strategi memindahkan utang dari risiko tinggi ke risiko rendah dengan jangka waktu pinjaman yang panjang. Dengan portofolio ini, diharapkan program yang terhenti bisa kembali berjalan.
Meskipun mengajukan pinjaman besar, Jeje meyakinkan bahwa pihaknya mampu membayarnya. Namun, jika menggunakan pola pertama, diperlukan pengetatan di semua sektor untuk mengatasi defisit.
Bupati optimistis bahwa jika strategi portofolio berjalan, kondisi Pangandaran akan kembali normal seperti sebelum pandemi Covid-19. Delapan program di antaranya, seperti Program Pangandaran Hebat, pengangkatan P3K dan ASN, pendidikan gratis, dan penguatan desa, akan hidup kembali.
Tanggapan dari seorang undangan, H. Endang Kosasih, sebagai tokoh masyarakat dan Ketua Ormas Islam Muhammadiyah Pangandaran, menyatakan bahwa strategi pinjaman ke bank menjadi perdebatan dilematis. Meski ada kelemahan, namun dari segi manfaatnya, strategi ini dianggap yang terbaik mengingat kondisi keuangan Pemkab Pangandaran yang sangat kompleks saat ini.
"Keputusan mengenai pinjaman ini memang sulit, namun dari segi manfaat, itu yang terbaik saat ini mengingat kondisi keuangan yang kompleks," ungkapnya.
Posting Komentar untuk "Bupati Pangandaran Sampaikan Strategi Pinjaman untuk Atasi Defisit Keuangan"
Komentari postingan ini ?